Anik Zuroidah

ANIK ZUROIDAH, S. pd. Mengajar di MtsN 5 Jombang IKATLAH ILMU DENGAN PENA (ALI BIN ABI THOLIB) Maqola ini sangat memotivasi saya untuk selalu menu...

Selengkapnya
Navigasi Web

TETANGGA

Tantangan Hari ke-55

12 Juni 2020

Tantangan Gurusiana# Tantangan Menulis Hari ke-55

TETANGGA

Pagi itu aku mendapatkan undangan mengaji di rumah Bu Nana. Kebetulan rumahnya bersebelahan dengan Bu Mia, teman dekatku. Sesuai waktu yang tertera di dalam lembar undangan, akuu pun berangkat pukul setengah tujuh. Ternyata sudah mulai. Kulihat ada lebih kurang sejumlah lima belas orang yang hadir di ruang tamu Mbak Nana. Aku pun segera bergabung untuk ikut bertadarus. Dalam waktu satu jam usai sudah aku mengaji. Aku pun menikmati hidangan yang sudah tersedia. Makanan ringan dan minuman hangat. Sambil menikmatinya kuamati satu per satu undangan yang hadir. Aku tak melihat batang hidung Bu Mia. Kutanyakan sebelahku, Bu Rina.

“ Saya gak lihat Bu Mia, ya, Bu?” tanyaku.

“ Mungkin orangnya sibuk dengan tokonya di pasar,” jawab Bu Rina ringan sementara aku hanya mengangguk mengiyakan.

“ Gimana Bu Mia ini. Masak meluangkan waktu sebentar saja kok gak sempat, padahal ini kan tidak selalu ada ,”batinku berbicara.

Acara penutup do’a berakhir. Semua undangan segera pulang. Saya pun segera merapat ke rumah Bu Mia. Kulihat ada suamianya sedang mengelap sepeda.

“ Assalamualaikum, Pak Kamid,” sapaku.

“Waalaikumussalam, Bu Ida, “ jawabnya.

“ Mana, Bu Mia?” tanyaku.

“ Keluar, Bu. Nanti saya sampaikan supaya ke rumah Ibu,” jawabnya.

“ Tidak usah ke rumah saya, Pak. Tidak penting kok,”jawabku. Aku pun meluncur pulang.

Setelah sampai di rumah, aku segera berganti baju. Lalu aku beristirahat sejenak di ruang keluarga.

“ Assalamualaikum,” Terdengar lantunan salam seorang lakilaki.

Aku pun segera ke ruang tamu menemuinya. Ternyata suami Bu Mia.

“ Maaf, Bu Ida, saya telah berbohong. Tadi isteri saya di dalam rumah. Sengaja saya melarangnya hadir di rumah Bu Nana karena saya masih sakit hati,” saya lihat wajah Pak Kamid terlihat geram.

“ Bu Mia dan suaminya itu berkali-kali menyakiti hati saya. Bukan hany menuduh menebang pohon bambunya. Bahkan ada saja kalimat yang selalu membuat hati tidak enak. Mengundang isteri saya saja tidak datang ke rumah. Namun hanya menyampaikan di halaman rumah. Coba, Bu. Kan tidak sopan ya?” Maaf ya Bu Ida. Saya telah berbohong,” Pak Kamid merasa bersalah.

“ Ya sudah, gak apa-apa, Pak Kamid. Cuma saya tidak percaya kalo Bu Mia itu tidak datang karena nunggu toko di pasar. Makanya saya pastikan. Ternyata ceritanya, Bapak yang melarang,” Bu Ida menghela nafas.

“ Nurut saya, Pak Kamid tidak seharusnya begitu,” Bu Ida memberi saran.

“ Gak tahum Bu, saya masih belum bisa. Sudah ya, Bu Ida, saya pamit. Maafkan saya, telah berbohong,” Pak Kamid berpamitan lalu meninggalkan saya.

Betapa sulitnya bertetangga. Betapa sulitnya memafakan. Tetangga oh tetangga.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post