Anik Zuroidah

ANIK ZUROIDAH, S. pd. Mengajar di MtsN 5 Jombang IKATLAH ILMU DENGAN PENA (ALI BIN ABI THOLIB) Maqola ini sangat memotivasi saya untuk selalu menu...

Selengkapnya
Navigasi Web

PELANGI DUA WARNA (3)

Tantangan Hari ke-96

28 Juli 2020

Tantangan Gurusiana # Tantangan Menulis Hari ke-96

PELANGI DUA WARNA (3)

1. Saatnya Bersinar

Seperti hari biasanya, pagi hari aku selalu dalam rutinitas. Namun hari itu terasa ada yang beda. Saat azan Subuh aku merasa berat untuk bangun. Padahal suara ibu mertuaku terdengar jelas membangunkanku.

“Nduk, bangun, sudah Subuh,”katanya sambil menggoyang-

goyangkan tubuhku. Sementara aku hanya menggeliat.

“ Mbak, bangun, sudah mau ikomah,” kata Seruni, ponakanku

yang juga ikut membangunkanku.

Suara mereka seolah berada dalam mimpiku. Tak mampu membuka mata yang sangat lelap. Akhirnya aku bangun juga karena ada tarikan kalbu untuk menjalankan salat Subuh. Itu pun kulakukan saat Ibu mertuaku dan Seruni pulang dari masjid. Entahlah, tubuhku terasa sangat berat. Ada rasa mual uang tak biasa. Penyakit lambungku pasti kambuh. Demikian suara hatiku. Aku berusaha melawan kemanjaan fisikku. Usai salat aku segera menyiapkan diri untuk segala perlengkapan mengajarku. Demikian halnya Seruni. Usai menyapu ruang tamu, ia segera menyiapkan diri untuk pergi ke sekolah. Sementara ibu mertuaku juga asik memasak untuk sarapan pagi. Menunya kesukaanku. Sayangnya tak ada selera makan sama sekali. Aku pun segera minum tablet lambung persediaanku. Melihat aku tak sarapan, mertuaku terlihat kecewa.

“ Kok utuh?” tanyanya.

“ Kenyang, Bu. Tadi malam kan ngemil terus,” kataku beralasan.

Aku segera pamit kepada beliau sambil bersalaman mencium tangannya. Aku pun beraktivitas seperti biasanya.

Rasa mual tak kunjung hilang. Hingga hari keempat, masih kurasakan. Aku pun tak tahan. Segera kutelpon suamiku yang saat itu berada di Jakarta.

“ Aku sudah minum tablet dari Dokter Tita, tetapi tak berkurang,” kataku.

“ Kalo begitu telpon Mbak Nanda saja. Nanti minta cari tahu dokter yang

lebih senior,” katanya. Aku pun patuh pada saran suamiku.

“ Assalamualaikum, Mbak Nanda, aku sudah mual empat hari. Malas

makan,” kataku.

“ Dokter Budiman, itu sangat tahu kondisi pasien,” katanya.

“ Aku dulu sembuh saat mual dan kembung kayak sampean,”jelasnya.

“ Eh, sebentar. Sampeyan sudah berapa lama kembung dan mualnya,”

Tanyanya.

“Semingguan, Mbak. Sudah minum obat juga. Gak berkurang,” jawabku

singkat.

“ Hai, Dik. Kok aneh?” Jangan-jangaan sampean hamil,’” katanya dengan

pelan.

“ Deg,” Jantungku berdegup keras. Baru ingat kalo aku bersuami.

“ Gak usah ke dokter dulu. Coba ke Bu Bidan saja. Tes. Lha wong sudah

punya suami gitu,” Mbak Nanda berkata dengan nada berseloroh.

“ Ya Allah, Alhamdulillah,” ujarku spontan.

(Bersambung)

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post